MAKALAH HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM. ZULFIA PAI Unmuh Ponorogo
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengempu:
Afiful Ikhwan, M.Pd. I
Disusun Oleh:
Zulfia Rizki Anggraini
16112019
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Fatwa ini.
Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Ponorogo, 20 September 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar
belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Hakikat Pendidikan Islam .................................................................. 3
B.
Sumber Dan Dasar
Pendidikan Islam................................................................... 4
C.
Tujuan Pendidikan
Islam....................................................................................... 5
D.
Fungsi
Pendidikan Islam....................................................................................... 6
BAB
III PENUTUP......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan
...........................................................................................................9
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan
tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Agama
Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam
adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah. Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan
fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan
tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka
pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa
tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi
memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan hakikat pendidikan islam ?
2.
Apa sumber dan
dasar pendidikan islam ?
3.
Apa tujuan
pendidikan islam ?
4.
Apa fungsi
pendidikan islam ?
C.
TUJUAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui apa hakikat pendidikan Islam;
2.
Untuk
mengetahui sumber dan dasar pendidikan Islam;
3.
Untuk
mengetahui tujuan pendidikan Islam;
4.
Untuk
mengetahui fungsi pendidikan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hakikat Pendidikan Islam
Secara umum
konsep pendidikan Islam mengacu pada makna asal kata yang membentuk kata
pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Dalam hal ini
akan dirunut hakikat pendidikan Islam yang sekaligus menggambarkan apa yang
dimaksud dengan pendidikan menurut pengertian secara umum. Pendidikan
Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam
adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi. Ada tiga istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu:
1.
Tarbiyah
Pendidikan berasal dari padanan
bahasa arab التربية ”tarbiyah”. Abdurrahman
Nahlawy menyebutkan bahwasannya kata ”tarbiyah” secara etimologi
berasal dari tiga asal kata, Yaitu ربا rabaa يربو yarbuu yang berarti bertambah dan
berkembang, Yang kedua dari kata ربي يربي rabiya yarbiy yang berarti
tumbuh. Dan yang ketiga رب يربي rabba yurabbi yang berarti memperbaiki atau
membenahi. Manusia perlu di bantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat
dikatakan menjadi manusia, bila telah memiliki (sifat) kemanusiaan. Ini
menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia, apalagi yang Allah Swt.
memberikan amanah besar yang harus ia jaga, yang mana makhluk-makhluk lain
ciptaannya merasa berat untuk menanggungnya, namun manusia sebaliknya berani
menanggungnya. Dan hal ini membuat makhluk lainnya menjadi sanksi akan
kemampuan manusia bahkan bisa di dikatakan iri. Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam adalah
bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh
ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan
Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan,
yaitu:
a.
Memelihara dan menjaga fitrah anak didik
menjelang dewasa (baligh)
b.
Mengembangkan seluruh potensi menuju
kesempurnaan
c.
Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan
d.
Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Dari penjelasan
tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam
Islam adalah pertama, bahwa murabbi (pendidik)
yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan
dan kelemahan, dan paling tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya
perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan
perintah Tuhan. Kedua, penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua
dimensi manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal,
hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi
menjalankan fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga,
dalam proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari
Al-Qur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang
digariskan-Nya. Keempat, setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada
penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri
manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara nattural. Kelima, tarbiyah
yang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi subjek sekaligus
objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh, bahwa kata
tarbiyah tida terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya,
tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang
dilakukan secara bertahap.
2.
Ta’dib
Berasal dari
istilah Ta’dib ( تاءديب ) berasal dari kata adaba
ya’dubu yang berarti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang
baik dan sopan santun. Secara terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk
menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga mendorong dan
memotivasi setiap individu untuk berperilaku dan berperadaban yang baik sesuai
yang diharapkan[1].
Sebagai
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam
manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan.
3.
Ta’lim
Istilah
al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan
al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu. Jalal memberikan alasan bahwa proses
taklim lebih umum dibandingkan dengan proses tarbiyah. Pertama,
ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW
tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca
dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari
segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan
mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya
serta berguna bagi dirinya. Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada
pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid
semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan hayalan dan syahwat
atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta
pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta
tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.
Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari
tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata
taklim lebih dekat kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada
pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi pengenalan
secara mendasar.
B.
Sumber dan Dasar Pendidikan Islam
Dasar yang
menjadi acuan Pendidikan Agama Islam harus melakukan sumber nilai kebenaran dan
kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktivitas yang dicita-citakan. Nilai
yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal, yang dapat
dikonsumsikan untuk keseluruh aspek kehidupan manusia serta merupakan standart
nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini berjalan. Drs. Said
Ismail Ali dalam bukunya Hasan Langgulung menyebutkan, bahwa dasar ideal
Pendidikan Agama Islam terdiri dari 6 macam yaitu: Al-Qur'an, sunnah Nabi,
kata-kata sahabat, kemaslahatan sosial nilai-nilai dan kebiasaan sosial, hasil
pemikiran para pemikir Islam.
Dasar
pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan
dasar ideal atau sumber pendidikan Islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar
operasional pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologis,
ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filosofis. Yang mana keenam
macam dasar itu berpusat pada dasar filosofis.[2]
Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler, selain tidak memasukkan dasar
religius, juga menjadikan filsafat sebagai induk dari segala dasar. Dalam
Islam, dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi frame
bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama maka semua
aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, dan bernilai ubudiyah.
Oleh karena itu, dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu
ditambahkan dasar yang ketujuh, yaitu agama.
C.
Tujuan
Pendidikan Islam
Hakekatnya
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta
menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi
luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas
pengertian bahwa: Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani
dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[3]
Tujuan pendidikan agama Islam didasarkan pada sistem nilai yang istimewa yang
berasaskan pada Al-Qur’an dan Hadits, yaitu keyakinan kepada Tuhan, kepatuhan
dan penyerahan kepada segala perintah-Nya. Sebagaimana yang dipraktekkan oleh
Rosululloh SAW.[4]
Jadi,
pada dasarnya tujuan dari Pendidikan Agama Islam disamping mencerdaskan
kehidupan umat, membentuk manusia berkepribadian muslim, juga untuk mencapai
kebahagiaan lahir batin, dunia dan akhirat. Adapun yang menjadi tujuan akhir
dari Pendidikan Agama Islam adalah mempersiapkan manusia yang abid dan
yang menghambakan dirinya kepada Allah. Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan
rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan
berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan
membantu mencapai keberhasilan. Pendidikan Islam
bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan
berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis. Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di
dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya
manusia yang berpribadi muslim.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk
mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat
dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri
memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena
tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini,
karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan
akan semakin maju.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan
melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan
indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek
fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah
dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek
tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir
pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Tujuan
pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelah mengalami
proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup.
Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam
pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara
optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang
diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang
dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan Islam
harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan
duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan
antara kedua bidang itu.
D.
Fungsi
Pendidikan Islam
Fungsi
pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan
tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.
Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural
dan institusional. Arti dan tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur
organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat
dari segi vertikal maupun segi horizontal. Faktor-faktor pendidikan bisa
berfungsi secara interaksional (paling memengaruhi) yang bermuara pada tujuan
pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan institusional mengandung
implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi
itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan yang berjalan secara
konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan
manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karma itu,
terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan
nonformal dalam masyarakat.[5]
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu
memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek
didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau
dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut
secara makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul
dalam perkambangan peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban
manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul
Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:
1.
Alat
untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal;
2.
Alat
untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya,
upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki,
serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam
menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam,
fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan
otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi
pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik
adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap
menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus
salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap
dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam
keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi
ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
Betapa
pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan
mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengajaran juga
berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada
diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba
Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.
[4] Alwi,
Zianuddin. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan,
( Bandung: Angkasa Bandung, , 2003), hal
98.
13 Arifin HM., Filsafai Pendidikan Islam (Jakarta:
Bina Aksara, 1987), hlm 34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah
dipilih untuk menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan:
1.
Terma tarbiyah dapat diperluas makna
semantiknya.
2.
Terma tarbiyah lebih umum dapat
diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia
3.
Istilah tarbiyah lebih umum diterima
dalam situasi lokal tertentu dari pada terma taklim dan takdib.
Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1.
Membentuk akhlak mulia
2.
Mempersiapkan kehidupan dunia dan
akhirat
3.
Mempersiapkan untuk mencari rizki
dan memelihara segi kemanfaatannya
4.
Menumbuhkan semangat ilmiah
dikalangan peserta didik
5.
Mempersiapkan tenaga profesional
yang terampil
Sedangkan fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga
menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam
dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan,
dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap
memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus
mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak
menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang
selain Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Ahmad, Drs dan Noor Salimi.
1991. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Alwi,
Zianuddin. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan
Pertengahan. Bandung: Angkasa Bandung
Arifin HM., 1987. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Arifin,
Muhammad, M. Ed, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Langgulung,
Hasan. 1988. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Husada.
Wayudhi ,M. Jindar. 2006. Nalar
Pendidikan Qur’ani. Yogyakarta : Aperion Philotes.
Zuhairini,
Dra, Dkk, 1992, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Komentar
Posting Komentar